Wednesday, February 18, 2009

Yang pertama

Yang Pertama



Namanya Tari. Adik tingkatku. Saat itu kami sedang penelitian di daerah Lembang Jawa Barat Bandung. Udara disana dingin sekali. Pukul 06.00 pagi saja kabut masih berkeliaran. Itu yang membuat kita terasa betah kalau ditemani wanita cantik seperti Tari. Kami penelitian tiga bulan lamanya.
Entah bagaimana mulanya, kami telah berkenalan. Erat sekali. Kemana-mana saja selalu berdua. Wah...pokoknya saat itu tidak ada kebahagiaan lagi selain berdua dengan Tari. Cantik. Lucu. Dan sebagainya.


Suatu hari, kami berdua berangkat ke daerah penelitian yang agak jauh dari rumah dimana kami tinggal. Berdua sajalah. Penelitian itu memakan waktu sampai malam hari. Tentu saja kami bingung untuk kembali ke tempat tinggal kami di lembang. Masalahnya Angkutan kotanya sudah tidak ada. Saat itu pukul 18.30. Yah....akhirnya kami berjalan mencari tempat untuk tinggal. Dimana saja.
"Eh...Ri, ntar gimana kalau rumah yang kita jumpai nanyain kita?" tanyaku sambil berjalan.


"Jawab aja kita suami istri lah. Kemaleman dijalan. Atau apa sajalah..."
"Alah...masa kita suami istri. Emangnya kita sudah menikah gitu?"
"Hihih....ya cari alasan lain lah... Yang penting sekarang kita cari rumah penduduk dululah. Oce?"


"Ocelah....sahutku" Lalu kami meneruskan perjalanan kami sambil bergandeng tanga. Halus juga tangan Tari. Sesekali kurangkul pinggangnya. Tari diam saja dan sepertinya tidak merasa reseh atau bagaimana....


Yah...wajarlah. Saya lelaki. Tentu kalau wanita yang dirangkul diam saja, tentu memberi kesempatan untuk melakukan yang lebih dari sekedar merangkul bukan? Saya pun seperti itu. Makin erat rangkulanku, hingga bagian samping tubuh Tari menyentuh bagian samping kanan tubuh saya. "Aaah...." kata Tari. "Jangan seperti inilah entar ketahuan orang lo....malu kan?" kata Tari sambil menjauhkan lagi tubuhnya. Tapi saya tetap merangkul pinggang Tari sambil berjalan terus. Padahal terus terang saya akui saat itu punyaku sudah super tegang. Herannya aku nggak kapok yah. Tanganku mulai nakal. Kutarik ke atas tanganku hingga dibawah ketiaknya. Kini tanganku berada tepat disamping toketnya yang besar dan lembut itu. Tari hanya melirik padaku sambil tersenyum saja. Gila.....digituin kok masih diem aja.


Memang saat itu dinginnya minta ampun. Tanganku yang berada dibawah ketiak Tari menjadi hangat. Dan selanjutnya aku remas toket Tari sekuatku. "Uuughh...." desah Tari sambil menggeliatkan tubuhnya. "Ntar aja kalau udah dikamar. Aku serahkan semuanya padamu Mas...." lanjut Tari. Aku semakin bergairah dan membayangkan sesuatu yang nikmat. Dan bertambah semangat mencari rumah penduduk disekitar daerah penelitianku.


Akhirnya setelah kurang lebih tiga puluh menit kami berjalan, didepan ada sebuah rumah yang lumayan besar. Setelah dekat, Yah....ternyata sebuah Losmen. Tari memandangku. Tampaknya meminta persetujuanku untuk memilih Losmen saja daripada rumah penduduk. Akhirnya ku anggukkan kepalaku tanpa berpikir panjang. Mungkin saat itu pikiranku dengan pikiran Tari sama, "Lebih baik di Losmen daripada di rumah penduduk. Lebih bebas. Iya nggak?"


Setelah registrasi untuk check in, kami pun dapat kamar nomor 12. Lumayan luas juga kamarnya. Satu tempat tidur ukuran besar, ada TV dan juga kamar mandi.
"Terimakasih..." kata Tari pada pelayan yang membawakan travel bag yang lumayan berat berisi peralatan untuk penelitian. Setelah itu Tari menutup pintu kamar. "Klek...."pintu kamar terkunci. Saat Tari membalikkan tubuhnya, langsung kuburu bibirnya dengan kecupan yang bertubi-tubi. Tari tidak berusaha untuk meronta walaupun sempat terkejut. Selanjutnya kami saling melumat bibir. Barangku sudah tegang banget. Aku peluk Tari sambil terus melumat bibirnya yang tipis dan seksi. Tari nggak kalah.


Tanganku mulai nakal lagi. Aku remas pantatnya. "Hmmmm....kenapa pantat" sahut Tari disela lumatan bibirnya. Sesaat kemudian Tari memegang kedua tanganku dan membimbingnya kearah ke arah toketnya yang sudah tegang juga. "Remas yang kencang seperti tadi ya....Mas..." kata Tari. Tanpa basa-basipun kuremas-remas dadanya yang membusung.


"Aaggh.... terus mas. Lebih keras." Kata Tari. Kami terus berciuman sampai kami tiba dibibir ranjang. Kami terhenti sejenak disitu sambil terus berciuman.
"Tari...masukkan tanganmu ke celanaku" sahutku. Sesaat kemudian Tari membuka ikat pinggangku dan membuka celanaku. Sungguh luar biasa tegangnya terpedoku. Tari memegang terpedoku.


"Besar sekali sayang...." sahut Tari dan selanjutnya meremas-remas dan mengocok punyaku. "Aaasghh....terusin Tar....." sahutku.
Kubuka semua baju Tari. Tari tidak menolak. BH-nya pun aku lepas, hingga saat itu Tari bertelanjang dada saja. Roknya belum sempat kulepas karena sibuk menekan dan meremas-remas dadanya yang putih itu. Sesekali kupijit putingnya.
Akhirnya kudorong Tari hingga terjembab diatas tempat tidur. Kupandangi sesaat tubuh Tari. Luar biasa indahnya. Putih dan mulus. Aku berjongkok dan kusingkap roknya. Selanjutnya ku tarik celana dalamnya yang berwarna pink. Tersembullah sesuatu yang baru aku lihat saat itu.


"Tar...besar sekali" sambil kuusap bukit berbulu itu yang mulai membasah. Kucium. Harum juga. Tadinya ragu-ragu, tapi kuberanikan diri untuk menjilati memek Tari. Tari hanya mengerang saja. Sampai pada saat klitorisnya kujilati, kini bukan hanya mengerang melainkan juga menggeliat kegelian dan juga nikmat.
"Aagggh... terusin Mas....Aasgggghh....sshht..." Tari menggepit kepalaku. Aku semakin genjar saja menjilatinya. Sampai pada beberapa saat kurasakan ada cairan hangat yang keluar dari bukit itu, tetap kujilat. Gurih juga. Setelah itu aku berdiri kembali. Kubuka bajuku dan kubuka rok Tari, saat itulah kami berdua telanjang.
"Jilati punyaku yah seperti tadi" kataku. " Biar tambah tegang" lanjutku kemudian menyerahkan terpedoku ke mulut Tari. Tari memasukkan terpedoku ke mulutnya. Lalu diisapnya sekuat-kuatnya. "Aggghh.... enak Tar....terusin" kataku sambil mengocoknya keluar masuk mulut Tari. Agghhh......
Tak berapa lama aku diam. Banyak diam ya... Maklumlah baru pertama. Tari juga begitu.


"Kamu siap Ri..." akhirnya. Tari tersenyum. Kedua tangannya memeras kedua buah dadanya sambil menggeliat. Pemandangan seperti itu membuatku bertambah bergairah. Akhirnya kurentangkan kaki Tari. Ku dekatkan terpedoku pada memeknya. Dan "blesek....." masuklah terpedoku menghujam memeknya yang basah.
"Aaahhh....sakit" rintih Tari menggeliat sambil terus meremas buah dadanya. Kudekatkan bibirku dan mencium bibir Tari yang menganga menahan jerit kesakita sambil kukocok terpedoku pelan. Sempit dan "kesed" juga. Saat kutarik terpedoku, terlihat terpedoku berwarna merah. Aku terkejut.
"Kamu perawan sayang...." sahutku. Tari mengangguk. "Aku cinta padamu Tari...." lalu kulumat kembali bibirnya. Tari membalasnya. Ciumanku beralih ke lehernya dan akhirnya pada puting kirinya. Kuisap sekuatnya "Agghhh.... nikmat mas. Satu lagi" bisik Tari. Kuisap lagi puting yang sebelah kanan. Tari menggeliat.
Sampai disitu terus kukocok terpedoku.


"Aaaggh....agghh...ssttt....terus mas. Lebih cepat Mas. Aku mau keluar lagi...." katanya. Kupercepat kocokanku. Makin lama makin cepat. "Agghh....nikmaat...aku....aku keluar mas aaaaahhhhh......" Tari menegang sesaat sambil meremas sprei lalu diam sesaat.
"Mas cairanku enak nggak rasanya?" tanya Tari.
"Gurih..."jawabku sambil kuteruskan kocokannya.
"Aku mau merasakan spermamu Mas. Maukan nanti mengeluarkannya didalam mulutku?"
Aku hanya tersenyum sambil terus mengocoknya. "Bret....bret..." suaranya bergesekan dengan memek Tari yang makin basah.
"Uuushhh.... aggghh.... terus Mas. Buat aku orgasma lagi.....terusin.....aggghh....nikmatnya."
Sesaat kemudian tubuh Tari menegang kembali. Dan terasa makin basah memeknya. Rupanya orgasma yang kedua kalinya. Bosan juga posisi seperti itu. Kuisap kedua putingnya lalu kubalikkan tubuh Tari. Kini ganti posisi seperti anjing. Kurentangkan sedikit kakinya. Dan aku mulai mengocok lagi.
"Buat aku puas malam ini Mas. Aku nggak ragu lagi. Terusin Mas. Habiskan malam ini dengan entotanmu Mas. Aku suka gaya entotanmu." Tidak kuhiraukan Tari dan terus mengocok.


Dan setelah dua puluh menit ada sesuatu yang akan keluar dari terpedoku "Ri...aku mau keluar" Lalu kubalikkan tubuh Tari hingga terlentang kembali. Kucopot terpedoku dan kukocok dengan kedua tanganku. Terpedoku diarahkan kemulut Tari. Tapi Tari memasukkan terpedoku kemulutnya. Mungkin ingin merasakan semua spermaku. Kukocok lebih cepat lagi dibantu dengan isapan mulut Tari. Dan....dan akhirnya "Cret....cret....." seluruh spermaku keluar...."Agggghhhhhhhh......." rintihku. Tari menghabiskan semua spermaku yang kukeluarkan. "Gurih...." bisiknya sambil terus mengisap terpedoku.


Tapi heran....kenapa terpedoku masih tegang? Tari memandang terpedoku "Mas kontolmu masih tegang....." sambil terus mengocok terpedoku "Aku suka Mas. Lakukan lagi Mas yah. Aku suka lelaki yang kuat entotannya...."
Dan akhirnya kami melakukan entotan lagi. Ah....menyenangkan sekali. Dua kali Tari menegang yang menandakan orgasme. Wah...berarti sudah empat kali. Dan ketiga kalinya barulah kami berdua orgasme berdua. Kukeluarkan spermaku didalam memek Tari.

"Hangat....." rintih Tari.
"Kutanamkan di rahimmu Ri. Kalau kamu hamil aku jadi suamimu. Kalau tidak hamil, setelah penelitian ini aku akan melamarmu...."sahutku.
Tari tersenyum lalu menarik tanganku hingga aku tertidur di atas tubuh Tari. Lalu bibirku dilumatnya.
Kata-kata terakhir yang terdengar dari mulut Tari hanya "Mas besok kita terusin lagi yah... Kalau malem Mas nggak tahan, bangunin Tari yah. Tari siap menerima entotan Mas lagi sampai pagi...." sahutnya.
Begitulah cerita. Sungguh luar biasa. Kami akhirnya sering melakukan entotan disaat yang memungkinkan. Dan losmen itu sering kami kunjungi kalau kami kemalaman dijalan lagi.
Ah....Tari aku cinta padamu sampai saat ini. Tapi dimana kamu sekarang. Aku rindu entotanmu sebab aku tidak pernah entotan dengan wanita lain selain dirimu. Aku rindu tari.

Lebih bergaul dan terhubung dengan lebih baik.
Tambah lebih banyak teman ke Yahoo! Messenger sekarang!

No comments:

Post a Comment

Tinggalkan sedikit pesan dan komentar anda disini.Demi kemajuan blog yang sedang anda kunjungi saat ini.